Samarinda - Sektor pertanian masih menjadi salah satu sektor penting dalam
perekonomian Indonesia. Namun begitu, berbagai isu penting patut terus
diwaspadai, antara lain: (1) jumlah rumah tangga padi dan juga palawija yang
terus menurun dari 14,15 juta pada ST2013 menjadi 13,16 juta pada SUTAS2018,
sementara ruta palawija turun dari 8,62 juta pada tahun 2013 menjadi 7,13 juta
pada tahun 2018; (2) pertumbuhan sektor pertanian yang cukup lambat yaitu
tercatat 3,81 persen pada tahun 2017; serta (3) gejolak harga pangan yang saat
ini makin menjadi tantangan Pemerintah, hingga program reformasi agraria yang
dicanangkan untuk mengembalikan kedaulatan pangan Indonesia.
Salah
satu isu penting dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan ini adalah data
produksi pangan. Ketersediaan data statistik pangan yang berkualitas, obyektif,
dan akurat sangat diperlukan untuk dasar rujukan dalam perencanaan, pemantauan,
dan evaluasi agar segala kebijakan yang diambil pemerintah tidak salah sasaran
sehingga pengambilan keputusan yang dilakukan menjadi lebih effektif dan
effisien. Dengan mempertimbangkan pentingnya akurasi data tanaman pangan, maka
pemerintah, melalui Bappenas kembali menetapkan “Penyempurnaan Statistik
Pertanian & Perikanan” yang salah satunya adalah Pendataan Statistik
Tanaman Pangan Terintegrasi dengan Metode KSA (Padi dan Jagung).
KSA
Padi digunakan untuk memperbaiki data luas panen padi telah menghasilkan data
produksi padi/beras terbaru yang telah dirilis oleh Wakil Presiden pada tanggal
22 Oktober 2018. Hal tersebut telah mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak karena
dianggap lebih mampu menggambarkan kondisi lapangan utamanya ketika dikaitkan
dengan harga gabah di tingkat petani. Produksi padi dengan metode KSA ini
direncanakan akan dirilis oleh BPS paling tidak 2 (dua) kali setahun. Dengan
telah dirilisnya data produksi padi/beras nasional dengan metode KSA yang
diyakini lebih akurat mendorong BPS
untuk melakukan perbaikan data produksi komoditas strategis lainnya terutama jagung.
Untuk itu, pada tahun 2019 ini, BPS melakukan uji implementasi metode KSA untuk
komoditas Jagung.
Tujuan
dari pendataan KSA Jagung adalah untuk memperoleh data luas panen jagung
melalui metode pengumpulan data yang lebih obyektif dan modern dengan
melibatkan peranan teknologi di dalamnya, sehingga data pertanian yang
dikumpulkan menjadi lebih akurat dan tepat waktu. Untuk itu, BPS kembali
menggandeng BPPT dalam penyusunan sistem dan kerangka sampel area Jagung.
Mengingat hamparan jagung tidak seluas hamparan padi, maka segmen KSA Jagung
berukuran 100x100 m dengan 4 titik amatan.
Dalam
acara pembukaan pelatihan Petugas KSA Jagung 2019 ini, Kepala BPS Provinsi
Kalimantan Timur, Atqo Mardiyanto, menghimbau kepada seluruh petugas untuk
memahami konsistensi antar fase tumbuh jagung dan memiliki common sense dari wilayah masing-masing. Keberhasilan pelaksanaan
KSA Jagung nantinya sangat ditentukan oleh niat, tekad, serta kesungguhan dalam
melaksanakan setiap tahapan sesuai SOP yang telah ditentukan. (Humas/EA)